TUJUAN
- mengidentifikasi teori kontruktivisme
- menyatakan pendapat mengenai teori kontuktivisme
- menyesuaikan pembelajaran kontuktivisme
- mengikuti pembelajaran kontuktivisme
- merumuskan tori kontuktivisme
PEMBAHASAN
Konstruktivisime adalah salah satu filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan
bukan tiruan dari realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.
Pengetahuan merupakan hasil dari kontruksi kognitif melalui kegiatan individu
dengan membuat struktur, kategori, konsep dan skema yang diperlukan untuk
membentuk pengetahuan tersebut.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu
saja,melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu.
Pengetahuan juga bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses
yang berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang salah menangkap apa
yang diberikan oleh gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu
saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik
tersebut.Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi
hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa
strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami
kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar
peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga
pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu
mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.
Tokoh-tokoh kontruktivisme
1. Jean
Piaget
Salah satu teori atau pandangan yang sangat
terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori
perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan
intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk
belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan
ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap
sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan.
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai
konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa pengetahuan tersebut
dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah
penyerapan informasi baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun
kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi
tersebut mempunyai tempat. Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah
proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan
baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa
pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui
tindakan. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh
mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan,
perkembangan kognitif itu sendiri merupakan proses berkesinambungan tentang
keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan keseimbangan. Dari pandangan Piaget
tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap
tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda
berdasarkan kematangan intelektual anak.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya
menurut pandangan konstruktivisme, Driver dan
Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut:
- Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
- Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
- Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara persona
- Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi kelas
- Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber.
Pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar
kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran
seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skema yang
dimilikinya. Belajar merupakan proses aktif untuk mengembangkan skemata
sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar
tersusun secara hirarkis.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor
intern pada diri pebelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan, sehingga
melahirkan perubahan tingkah laku.
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam
kaitannya dengan tahap perkembangan intelektual atau tahap perkembangan
kognitif atau biasa juga disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988:
133) mengemukakan;
a. perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama,
b. tahap-tahap
tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan,
pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual dan
c.gerak
melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),
proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
2. Vygotsky
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala
Piaget, konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa
belajar bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun
fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam
konteks sosial budaya seseorang. Dalam penjelasan lain mengatakan
bahwa inti konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan
ekternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Beberapa ahli konstruktivisme yang terkemuka
berpendapat bahwa pembelajaran yang bermakna itu bermula dengan pengetahuan
atau pengalaman sedia ada murid. Rutherford dan Ahlgren berpendapat bahawa
murid mempunyai ide mereka sendiri tentang hampir semua perkara, di mana ada
yang betul dan ada yang salah. Jika kepahaman dan miskonsepsi ini diabaikan
atau tidak ditangani dengan baik, kepahaman atau kepercayaan asal mereka itu
akan tetap kekal walaupun dalam pemeriksaan mereka mungkin memberi jawaban
seperti yang dikehendaki oleh guru.
John Dewey menguatkan lagi teori
konstruktivisme ini mengatakan bahawa pendidik yang cekap harus melaksanakan
pengajaran dan pembelajaran sebagai proses menyusun atau membina pengalaman
secara berterusan. Beliau juga menekankan kepentingan penyertaan murid di dalam
setiap aktivitas pengajaran dan pembelajaran.
Dari persepektif epistemologi yang disarankan
dalam konstruktivisme fungsi guru akan berubah. Perubahan akan berlaku dalam
teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penyelidikan dan cara
melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah kaedah
pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid meniru dengan
tepat apa saja yang disampaikan oleh guru kepada kaedah pengajaran dan
pembelajaran yang menumpu kepada kejayaan murid membina skema pengkonsepan
berdasarkan kepada pengalaman yang aktif. Ia juga akan mengubah tumpuan
penyelidikan daripada pembinaan model daripada kaca mata guru kepada
pembelajaran sesuatu konsep daripada kaca mata murid.
istilah pembelajaran hampir sama dengan istilah learning dan instruction. istilah pembelajaran dikaitkan dengan proses dan usaha yang dilakukan oleh guru atau pendidik untuk melakukan proses penyampaian materi kepada siswa melalui proses pengorganisasian materi, siswa dan lingkungan yang umumnya terjadi didalam kelas . Pembelajaran menjadi penting untuk diketahui oleh guru, calon guru agar proses mengajar yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran yang baik dan berhasil akan dari prestasi belajar siswa yang tingggi dan adanya perubahan pada ranah kongnitif, afektif, dan psikomotorik siswa sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan (muhamad irham dan novan wiyani : 2013)
Proses mengkonstruksi pengetahuan adalah dengan cara, manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya melalui interaksinya dengan objek dan linhkungannya misalnya,
melihat mendengar, meraba, merasakan seseorang dapat mengetahui sesuatu.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan melainkan suatu proses
pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek lingkungannya
pengetahuan dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan menigkat
dan lebih rinci. menurut Hariyanto (2011 : 183) didefinisikan sebagai sebuah
kegiatan guru mengajar atau membimbing siswa menuju proses pendewsaan.
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar